Selasa, 28 Oktober 2008

INDAHNYA HIDUP DALAM IMAN

INDAHNYA HIDUP DALAM IMAN

Firman Allah swt:

Artinya:

“Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: “Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar” (Q.s. al-Hujurat: 17).

Pemandangan dunia; daratan, lautan, udara dengan berbagai aksesorisnya, manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan sangatlah indahnya. Bahkan dari keindahan semua itu ada yang lebih indah lagi, yakni perempuan yang shaleh (baik). Rasulullah saw bersabda: “Dunia adalah hiasan, dan seindah-indah hiasan adalah perempuan yang shaleh” (al-Hadits).

Betapa bahagianya orang-orang yang sehat matanya; Dengan matanya yang sehat, mereka dapat menyaksikan keindahan-keindahan tersebut. Dengan matanya yang sehat, mereka dapat membedakan yang terindah dari yang indah-indah tersebut. Sebaliknya, betapa sengsaranya orang-orang yang buta; Dengan kebutaan itu, mereka tidak dapat melihat keindahan-keindahan tersebut, segalanya terlihat hitam. Dengan kebutaan itu, mereka tidak dapat membedakan mana yang terindah dari yang indah-indah tersebut, segalanya tampak sama, segala-galanya terlihat hitam gelap.

Orang-orang yang tahu betapa mahalnya nilai sepasang mata, mereka akan menjaganya dengan segenap kemampuannya, bahkan sekalipun harus bekorban nyawa. Jika kedua mata tersebut mengalami sakit, mereka tidak segan-segan mengeluarkan semua hartanya, demi mengobati kedua matanya yang sakit tersebut.

Allah Maha hebat lagi Maha indah; Allah pendesign, pencipta, pemilik dan penggenggam alam semesta. Allah penguasa langit dan bumi, peguasa dunia akhirat. Allah Maha besar, Maha tinggi, Maha kuat, dan Maha kokoh kedudukan-Nya. Allah Maha suci, Maha mulia, Maha lembut, Maha pemaaf, Maha pengasih dan penyayang, tetapi Allah Maha keras siksa-Nya. Tidak ada satupun yang menyamai-Nya, dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Sekalipun jin dan manusia seluruhnya berkumpul memuji-muji-Nya, membesar-besarkan asma-Nya, maka tetaplah teramat kecil pujian-pujian tersebut jika dibandingkan dengan ketinggian, kemuliaan dan kebesaran-Nya.

Betapa bahagianya orang-orang yang sehat imannya; Dengan imannya yang sehat, mereka dapat menyaksikan ayat-ayat yang bercerita tentang Allah. Dengan imannya yang sehat, mereka dapat menyaksikan ayat-ayat yang menjelaskan betapa kecil dan tidak berartinya makhluk-makhluk Allah bila dibandingkan dengan kehebatan dan kemuliaan Allah. Sebaliknya, betapa sengsaranya orang-orang yang buta imannya; Dengan imannya yang buta, mereka tidak dapat menyaksikan ayat-ayat yang bercerita tentang Allah. Dengan imannya yang buta, mereka tidak dapat menyaksikan ayat-ayat yang menjelaskan betapa kecil dan tidak berartinya makhluk-makhluk Allah bila dibandingkan dengan kehebatan dan kemuliaan Allah. Bahkan sekalipun Allah menurunkan malaikat dalam bentuk aslinya, sekalipun Allah membuat mayat-mayat bergentayangan bisa ngomong, dan sekalipun Allah mengumpulkan seluruh jenis binatang, dari yang tidak buas hingga yang buas menghamai atau mengerumuni mereka, dan seluruh air laut naik menenggelamkan mereka, dan seluruh topan badai menyapu bersih mereka, dan sebagainya, mereka tetap juga tidak akan beriman kepada Allah, kecuali jika Allah berkehendak menjadikan mereka semua beriman, mereka kebanyakan memilih hidup dalam kejahilan (Q.s. al-An’am: 111).

Pantas kalau kini kita dapat menyaksikan ada banyak orang-orang yang memberhalakan hawa nafsu, ada banyak orang-orang yang memberhalakan harta, pangkat dan jabatan, ada banyak orang-orang yang memberhalakan dirinya sendiri, memberhalakan jin, manusia, hewan, pepohonan, patung-patung yang dibuatnya sendiri, hingga mantra-mantra sihir dan benda-benda keramat lainnya.

Orang-orang yang tahu betapa mahalnya nilai iman, mereka akan menjaganya dan melindunginya dengan segenap kemampuannya dari noda-noda dosa yang dapat mengotorinya. Orang-orang yang tahu betapa mahalnya nilai iman, mereka akan menjaganya dan melindunginya sekalipun harus bekorban harta dan nyawa, mereka rela hartanya dirampas, tubuhnya disiksa, dan nyawanya dicabut, asalkan mereka dapat menjaga dan melindungi imannya; Nabi Ibrahim as rela dibakar hidup-hidup dan rela diusir ayahnya dari kehidupan kerajaan yang bergelimang kekayaan demi menjaga dan melindungi imannya, Maryam rela mati dipanggang hidup-hidup oleh Fir’aun demi menjaga dan melindungi imannya, Bilal bin Rabah rela diikat, disiksa di atas batu, dibawah terik matahari tanpa setetes minuman dan sesuap makanan oleh tuannya demi menjaga dan melindungi imannya, dan masih banyak lagi manusia-manusia yang rela disiksa, rela kehilangan harta, bahkan rela kehilangan nyawa demi menjaga dan melindungi imannya.

Sebaliknya kini, banyak kita saksikan betapa banyak umat Islam yang menanggalkan keimanannya hanya karena hal-hal yang sepele; Hanya karena susah mendapatkan harta, tahta atau wanita, mereka tak segan-segan menanggalkan imannya, mereka datangi dukun meminta mantra-mantra sihirnya, mereka meminta susuk atau azimat. Hanya karena hidup didera cacat pisik, sakit atau miskin, mereka tak segan-segan menggadaikan imannya, mengikuti keimanan orang-orang yang menolongnya, sekalipun orang-orang yang menolongnya berlainan keimanan dengannya. Dan banyak lagi aksi manusia untuk membutakan imannya, yakni dengan memberhalakan hawa nafsunya, melalaikan perintah Allah dan melanggar larangan Allah; melakukan berbagai macam rupa maksiat, dari yang terkecil hingga yang terbesar.

Iman adalah cahaya yang menerangi alam keghaiban. Dengan cahaya itu hati manusia percaya adanya Allah, percaya adanya malaikat-malaikat Allah, percaya adanya rasul-rasul Allah, percaya adanya kitab-kitab Allah, percaya adanya hari akhirat, dan percaya adanya qadha dan qadar Allah. Dengan percaya adanya Allah, percaya adanya malaikat-malaikat Allah, percaya adanya rasul-rasul Allah, percaya adanya kitab-kitab Allah, percaya adanya hari akhirat, dan percaya adanya qadha dan qadar Allah, lisan manusia berani men(syahadah)kan: “Tiada Tuhan (ilah) selain Allah, dan nabi Muhammad saw rasul Allah”. Dan dengan percaya adanya Allah, percaya adanya malaikat-malaikat Allah, percaya adanya rasul-rasul Allah, percaya adanya kitab-kitab Allah, percaya adanya hari akhirat, dan percaya adanya qadha dan qadar Allah, tubuh manusia tanpa merasa bosan dan lelah melaksanakan perintah-perintah Allah, tanpa merasa bosan dan lelah menjauhi larangan-larangan Allah, dan tanpa merasa bosan dan lelah berjuang di jalan (fi sabiili) Allah dengan mengorbankan segenap kemampuannya; fisik, ilmu, harta, do’a, hingga nyawanya (Q.s. al-Anfal: 2-4 dan al-Hujurat: 14-15).

Percaya (iman) adanya Allah, percaya (iman) adanya malaikat-malaikat Allah, percaya (iman) adanya rasul-rasul Allah, percaya (iman) adanya kitab-kitab Allah, percaya (iman) adanya hari akhirat, dan percaya (iman) adanya qadha dan qadar Allah adalah sesuatu yang integral, tidak dapat dipisah-pisahkan antara satu dengan yang lainnya; beriman hanya kepada Allah tetapi tidak beriman kepada rasul-rasul Allah, atau beriman hanya kepada Allah dan kepada Rasulullah Muhammad saw tetapi tidak beriman dengan rasul-rasul Allah yang lainnya adalah kekafiran yang nyata.

Firman Allah swt:

Artinya:

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: “Kami beriman kepada yang sebagian (dari rasul-rasul itu), dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)”, serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (lain) diantara yang demikian (iman atau kafir), mereka adalah orang-orang kafir yang sebenar-benarnya…” (Q.s. an-Nisa: 150-151).

Setinggi-tinggi nilai sholat sunat adalah sholat di malam hari (sholatul lail), setinggi-tinggi nilai hari beribadah adalah hari jum’at (sayyidul ayyaam), setinggi-tinggi nilai bulan beribadah adalah bulan Ramadhan (sayyidusy syuhuur), setinggi-tinggi nilai malam beribadah adalah malam kemuliaan (lailatul qadr), setinggi-tinggi nilai tempat beribadah adalah di masjid al-haram (Baitullah), dan setinggi-tinggi karya (amal) ibadah adalah percaya (iman) dan terus mempertebal kepercaya(iman)an adanya Allah, percaya (iman) dan terus mempertebal kepercaya(iman)an adanya malaikat-malaikat Allah, percaya (iman) dan terus mempertebal kepercaya(iman)an adanya rasul-rasul Allah, percaya (iman) dan terus mempertebal kepercaya(iman)an adanya kitab-kitab Allah, percaya (iman) dan terus mempertebal kepercaya(iman)an adanya hari akhirat, dan percaya (iman) dan terus mempertebal kepercaya(iman)an adanya qadha dan qadar Allah.

Dari Abu Hurairah memberitakan: “Bahwasanya Rasulullah saw ditanya kepadanya: Mana dari macam-macam karya(amal)an yang paling utama?. Maka bersabda Nabi saw: Iman akan Allah dan akan Rasul-Nya. Ditanya lagi: Kemudian apa?. Bersabda Nabi saw: Berjihad di jalan(sabiil) Allah. Ditanya lagi: Kemudian apa?. Bersabda Nabi saw: Haji yang diterima(maqbul) Allah” (H.R Bukhari dan Muslim).

Ketinggian nilai iman menempati rating ibadah yang pertama dan utama juga dijelaskan Allah swt dalam firman-Nya:

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, maukah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari siksa yang pedih?, (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan berjihad di jalan (sabiil) Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya” (Q.s. ash-Shaaff: 10-11).

Betapa besar penghargaan Allah terhadap iman, hingga sekecil apapun iman tanpa dinodai nilai-nilai syirik merupakan jaminan manusia untuk masuk surga.

Rasulullah saw bersabda:

Artinya:

“Masuk orang-orang yang telah ditimbang dan diputus menjadi penghuni surga ke surga, dan masuk orang-orang yang telah ditimbang dan diputus menjadi penghuni neraka ke neraka, kemudian Allah berkata kepada para malaikat: “keluarkan dari neraka orang yang masih ada di hatinya sebesar biji sawi dari iman” (al-Hadits).

Tidaklah ketinggian ilmu melebihi ketinggian iman. Banyak orang-orang atau bangsa-bangsa yang berilmu dibinasakan Allah; Fir’aun adalah salah satu tokoh politik yang ulung, namun akhir perjalanan dari ketinggian ilmu politiknya sangat tragis, Fir’aun ditenggelamkan Allah di tengah laut. Qarun adalah salah satu tokoh ekonom yang paling sukses di dunia, namun akhir perjalanan dari ketinggian ilmu ekonominya sangat tragis pula, Qarun beserta harta-hartanya ditenggelamkan Allah di dalam bumi. Kaum ‘Aad dan kaum Tsamud adalah dua bangsa yang paling unggul dalam hal pembangunan kota, bangunan-bangunannya yang kokoh, taman-taman kotanya yang indah, sehingga dikatakan tidak ada bangsa-bangsa manapun pada masa itu yang mampu menyamai mereka dalam hal pembangunan kota (Q.s. al-Fajr: 7), namun akhir perjalan dari ketinggian ilmu bangun kotanya juga sangat tragis, kaum ‘Aad dan kaum Tsamud dibinasakan Allah sebinasa-binasanya. Sebaliknya, sejelek-jelek apapun rupa, semiskin-miskin apapun harta, dan serendah-rendah apapun ilmu, namun memiliki iman yang tinggi, itulah manusia atau bangsa yang ditinggikan Allah; Masithah hanyalah seorang perempuan yang hari-harinya habis bekerja sebagai tukang sisir rambut Fir’aun, namun karena imannya yang tinggi itulah membuat Masithah mendapat tempat yang tinggi di sisi Allah.

Firman Allah swt:

Artinya:

“Janganlah kamu merasa hina, merasa rendah diri (berjalan di muka bumi ini), dan jangan pula kamu merasa sedih, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman” (Q.s. Ali-Imran: 139).

Firman Allah swt:

Artinya:

“Allah meninggikan derajat-derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan…” (Q.s. al-Mujadilah: 11).

Berada di puncak ketinggian bukanlah tanpa konsekwensi, angin yang bertiup di tempat-tempat yang tinggi tentu lebih kencang dari angin yang bertiup di tempat-tempat yang rendah. Menghadapi tiupan angin yang kencang tentu menimbulkan ketakutan, kedinginan, kelaparan, dan kelelahan. Jika tidak dibekali dengan mental yang shabar, motivasi yang tinggi, pisik yang kuat, dan berbagai kecerdasan, maka mustahil sang pemanjat tebing atau pendaki gunung berhasil meraih dan bertahan di tempat-tempat yang tinggi tersebut. Begitupula hidup sebagai orang-orang yang beriman bukanlah tanpa konsekwensi, ujian demi ujian keimanan pasti datang mendera; perintah demi perintah Allah harus dilaksanakan, larangan demi larangan Allah harus ditinggalkan, godaan hawa nafsu dan nilai-nilai material atau duniawi, godaan syaithan, hingga kecemburuan atau kedengkian agamis dari orang-orang yang tidak beriman; Yahudi, Nashrani, Musyrikiin, dan Munafiqiin serta kejahatan orang-orang yang Dzhaalimiin harus dihadapi.

Firman Allah swt:

Artinya:

“Apakah manusia itu menyangka bahwa mereka akan dibiarkan (begitu saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji?” (Q.s. al-Ankabut: 2).

Firman Allah swt:

Artinya:

“Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka adalah Jahanam, dan Jahanam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya” (Q.s. Ali-Imran: 196-197).

Firman Allah swt:

Artinya:

“Iblis berkata: Karena Engkau telah menghukum aku tersesat, aku benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian aku akan datangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan dari mereka yang berterima kasih (beribadah kepada Engakau)” (Q.s. al-A’raf: 16-17).

Firman Allah swt:

Artinya:

“Orang-orang Yahudi dan tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka,…” (Q.s. al-Baqarah: 120).

Firman Allah swt:

Artinya:

“Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran…” (Q.s. al-Baqarah: 109).

Firman Allah swt:

Artinya:

“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan” (Q.s. Ali-Imran: 186).

Dengan iman hidup penuh motivasi tinggi

Dengan motivasi segalanya akan menjadi ringan. Motivasi ibarat mesin yang dapat menggerakkan seberat apapun baja-baja pesawat terbang. Setinggi-tingginya motivasi adalah pujian, cinta, ridho, kasih sayang, dan surga-Nya Allah. Dan dengan cahaya iman itulah manusia dapat hidup dalam motivasi tersebut, dan dengan motivasi yang besar itulah manusia dapat melaksanakan tugas-tugas mulia, seberat apapun tugas-tugas mulia tersebut, baik sebagai hamba maupun sebgai khalifah Allah dimuka bumi, memelihara eksistensi bumi dari kepunahannya sebelum masa kepunahan (kiamat) itu tiba.

Dengan iman hidup penuh dengan kontrol

Dengan kontrol hidup akan bersih; Murid yang merasa dikontrol gurunya saat melakukan ujian, tidak akan berani mencontek. Pengguna jalan raya yang merasa dikontrol polisi saat berjalan di jalan raya, tidak akan berani ugal-ugalan. Maling yang merasa dikontrol satpam sekalipun merasa ada kesempatan untuk mencuri, tetap tidak akan berani melakukan pencurian. Dan setinggi-tinggi kontrol adalah kontrol Allah, dan dengan cahaya imanlah manusia dapat merasa hidup dalam kontrol Allah; Kata-kata akan terkontrol, tidak akan berkata sia-sia, tidak akan menghina, menfitnah, mengadu domba, apalagi memprovokasi. Tangan akan terkontrol, tidak akan mencuri, mengkorupsi hak-hak orang lain, tangan akan terkontrol, tidak akan melukai, menyiksa, melakukan teror apalagi membunuh secara tidak hak. Kemaluan akan terkontrol, tidak akan melakukan perzinahan, dan hubungan seksual sesama jenis. Dan segalanya akan terkontrol.

Dengan iman hidup penuh dengan nilai ibadah

Salah satu hal yang menyedihkan adalah apabila apapun karya (amal) kebaikan kita tidak mendapatkan apresiasi sama sekali; Seorang laki-laki datang dengan penampilan yang serba meyakinkan sambil menyuguhkan kata-kata indah penuh puitis disertai dengan serangkaian bunga dan kalimat-kalimat yang meyakinkan kepada seorang perempuan yang dicintainya, namun betapa sedihnya ketika segala yang diperbuatnya tidak mendapatkan apresiasi sama sekali dari perempuan yang dicintainya tersebut. Seorang bintang sinetron berusaha untuk tampil baik, bekerja siang malam, menghapal script cerita, melakonkan di depan kamera dengan segenap perasaan, namun betapa sedihnya ketika segala hasil kerjanya tersebut tidak mendapatkan apresiasi sama sekali dari penonton. Begitupula betapa sedihnya jika karya-karya (amal-amal) kebaikan yang kita lakukan selama masa hidup kita tidak mendapatkan apresiasi sama sekali dari Allah, seperti pengorbanan Qabil putra Adam as, dan keshalehan Abu Thalib paman Rasulullah saw. Dan hanya dengan cahaya iman, sekecil apapun karya (amal) kebaikan yang kita lakukan akan mendapatkan apresiasi dari Allah, akan bernilai ibadah.

Firman Allah swt:

Artinya:

“Demi masa, sesungguhnya manusia (yang tidak beriman menghabiskan masa hidupnya) dengan kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan melakukan karya-karya (amal-amal) kebaikan, dan saling mendakwahkan kebenaran dan saling mendakwahkan keshabaran” (Q.s. al-‘Ashr: 1-3).

Dengan iman hidup penuh dengan bahagia.

Saat-saat yang membahagiakan bagi sang pecinta adalah ketika dia berjumpa dengan yang dicintainya; anak yang mencintai orang tua akan bahagia di saat-saat dia berjumpa dengan orang tuanya, orang tua yang mencintai anak akan bahagia di saat-saat dia berjumpa dengan anaknya, pecinta harta akan bahagia di saat-saat dia melihat hartanya, pecinta pangkat jabatan akan bahagia di saat-saat dia mendapatkan pangkat dan jabatan itu, pecinta perempuan akan bahagia di saat-saat dia berjumpa dengan perempuan yang dicintainya itu, pecinta tanah air akan bahagia di saat-saat dia kembali berada di tanah airnya, dan orang-orang yang beriman seutama-utama dan sedahsyat-dahsyat cintanya adalah cintanya kepada Allah (Q.s. al-Baqarah: 165), dan mereka akan bahagia di saat-saat mereka dapat berjumpa dengan Allah, dan dengan cahaya iman itulah orang-orang yang beriman diantarkan untuk dapat berjumpa dengan Allah, baik melalui lantunan-lantunan zikir dan tafakkurnya; dalam keadaan duduk, berdiri, maupun dalam keadaan berbaring, melalui lafadz-lafadz dan gerakan-gerakan sholatnya dan melalui lafadz-lafadz do’a-do’anya, dan melalui bacaan-bacaan Qur’annya.

Dengan iman hidup penuh dengan keberanian

Keberanian adalah senjata utama untuk memenangkan pertarungan, dan keberanian itu timbul manakala manusia merasa dirinya lebih kuat dari orang lain; Soekarno Hatta walaupun hanya dua tubuh kecil yang tak punya kekuatan apa-apa untuk menghadapi penjajah, tapi berani memproklamirkan kemerdekaannya, karena merasa begitu kuat setelah diri mereka merasa dilindungi oleh segenap bangsa Indonesia yang ketika itu haus akan kemerdekaan, dan sekuat-kuat pelindung adalah Allah. Dan hanya dengan cahaya iman, manusia merasa hidup dalam perlindungan Allah; dengan perlindungan Allah manusia berani menghadapi kerasnya hidup di dunia ini; dan dengan perlindungan Allah manusia berani menghadapi musuh-musuhnya; Jendral Soedirman walaupun dalam keadaan sakit, ditandu, tetapi Sang Jendral tetap tegar berani menghadapi penjajah Belanda di medan Gerilya. Dan berapa banyak para Mujahidin walaupun dengan jumlah pasukan yang sedikit dan peralatan perang yang minim, namun mereka tetapi dengan gagah berani berjuang di jalan (sabiil) Allah mempertaruhkan harta dan nyawanya menghadapi musuh-musuh Allah.

Dengan iman hidup penuh dengan ketenangan

Fikiran-fikiran negatif tentang hidup ini memang biasanya membawa manusia hidup dalam kegelisahan. Ketidak percayaan terhadap masa depan dunia akibat terjadinya berbagai krisis multi demensi; krisis politik, krisis ekonomi, krisis sosial, dan bencana demi bencana alam memang menimbulkan kekhawatiran, kegelisahan dan ketakutan. Namun dengan cahaya iman, hidup akan tenang, dengan cahaya iman itulah manusia mempercayakan, mewakilkan, menyerahkan (tawakkal) hidupnya kepada Allah.

Oleh sebab itu mari kita menjemput dan mempertebal iman dengan memperbanyak bertafakkur dengan membaca sebanyak-banyaknya ayat-ayat yang bercerita dan menjelaskan tentang Allah, baik ayat-ayat Allah yang bersifat Qur’aniyah maupun ayat-ayat Allah yang bersifat Kauniyah. Kemudian disertai banyak berdzikir, baik dengan menyebut asma’-asma’ Allah maupun membaca firman-firman atau kalimah-kalimah Allah, baik dalam keadaan duduk, berdiri, maupun dalam keadaan berbaring, berdzikir dengan lafadz-lafadz dan gerakan-gerakan sholat maupun do’a.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saya mengharapkan kritik, saran, komentar yang positif dari pembaca sekalian, sehingga dapat memberikan kontribusi bagi perbaikan dunia